MOBU Dan AYII: JALAN MENUJUN KESELAMATAN INISIAL Dan KEKAL MENURUT SUKU MEE DI PAPUA - Langkah-Ku Tanpa Alas Kaki

Langkah-Ku Tanpa  Alas Kaki

Langkah-Ku Tanpa Alas Kaki

test banner

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Kamis, 01 November 2018

MOBU Dan AYII: JALAN MENUJUN KESELAMATAN INISIAL Dan KEKAL MENURUT SUKU MEE DI PAPUA

Catatan sejarah
Mobu dalam bahasa Mee merupakan keadaan kenyang, aman, damai, tenang, puas, dan lolos dari ancaman. Keadaan ini  merupakan keadaan dinamis, karena mobu merupakan keadaan inisial (awal). Kemudian, Ayii  dalam bahasa Mee  merupakan keadaan keselamatan kekal. Keselamatan kekal  yang tentunya berpangkal pada sang penyelengara hidup, yakni Ugatamee ( Maha pencipta). Oleh karena itu, Bunai Menulis bahwa, menurut MEE terungkap dalam dua istilah  yakni Mobu dan Ayii. Mobu yang adalah puas, tenang dan damai dari ancaman. Kemudian, Ayii adalah setelah Mobu yang kemudian muaranya adalah sang khalik. Yakni Keselamatan Kekal. 

 Buku ini menceritakan soal keselamatan Menurut Mee sesuai skripsi yang kemudian dibukukan ini. Bab Pertama, menguraikan mengenai soal latar belakang, perumusan masalah,  tujuan mamfaat penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan dari skripsi yang kemudian menjadi buku ini.
Bab  kedua  menguraikan mengenai konsep dari mobu dan ayii.  Misalnya mobu sebagai keselamatan awal . Kemudian pengertian Ayii. Misalnya sesuai beberapa sebutan yang biasa dipahami dan didegar oleh manusia mee. Misalnya, Ayii Mee ( orang  yang selamat), ayii makida ( tempat keselamatan ), Ayii  Manaa ( sabda keselamatan), Ayii tai piyaiye ( sarana keselamatan) dan ayii tii ( lolos/ hidup kekal ).

Bab ketiga  berisikan mengenai cara untuk memperoleh keselamatan kekal. Awalnya Bunai menguraikan mengenai prinsip dasar orang MEE. Kedua, bunai menguraikan mengenai nilai- nilai universal yang dimiliki juga oleh manusia Mee di Papua. Contohnya soal Ipaa (Rasa kasihan, Kasih sayang, Cinta kasih), Maa (sungguh benar, percaya), Enaimo (bersama, bersatu, solider), dan Ideide (Gembira, bahagia, senang). Ketiga, Bunai menguraikan mengenai Norma- Norma Moral yang dikenal juga dari sejak dulu oleh Suku Mee. Keempat, Bunai juga menguraikan tentang bagaimana menjaga relasi dengan ilahi, totem, roh pemelihara kebun, roh tempat keramat, dan roh pelindung rumah. Terakhir bunai menguraikan mengenai upacara- upacara adat Mee dalam rangka menjaga keharmonisan, keselarasan dan keteraturan dengan semua untuk menuju MOBU dan AYII.

Bab empat menjelaskan juga mengenai pengakuan orang yang mengalami Mobu. Dan Bunai menulis beberapa Istilah yang sering dikenal juga oleh orang mee. Dimi Yago Mee ( orang yang punya akal budi), Dimi animakita Mee ( orang yang bepikir tenang, tabah dan sabar), Dimi Epii Mee ( orang yang bijak), Kabo Yago Mee  ( Orang yang memunyai landasan) dan Tonawi Mee ( Orang kaya yang berpengaruh dalam tuturan dan tindakan). Ini adalah Sebutan untuk orang- orang yang telah mengalami Mobu. Mobu yang adalah Keselamatan Awal. Karena Ayii Adalah Keselamatan Kekal.

 Jadi Jelaslah bahwa Mobu adalah Keselamatan Awal. Kemudian, Ayii Adalah keselamatan Kekal. Keselamantan kekal bersama sang penyelenggara Hidup. Inti dari mobu dan ayii adalah bagaimana menjaga keselalarasan, keserasian, keharmonisan, dan keteraturan dengan diri dan diluar diri  terutama Ugatame ( Maha Pencipta). Dirinya sebagai pusat keharmonisan, keselarasan dan keteraturan itu.

Disini, saya belum menemukan soal, bagaimana hubungannya dengan Touye Manaa.  Touye Manaa yang kemudian dihubungkan sebagai sifat nilai mesiatik tradisonal Mee dari sejak dahulu. Kemudian, memang tidak pas ketika kita lewatkan tulisannya Obeth Natalis Badii, Viktor Pieter Feliks Kudiay, Manfret Mote, Yulianus Vinsentius Mote, Yohanes Agustinus Tatogo, dan Neles Tebai yang menjadi sumber referensi adanya skripsi dan atau  lebih tepatnya, adanya buku ini. Tetapi Saya kira buku yang ditulis oleh Bunai ini luar biasa, tepat, dan kaya dengan informasi untuk kita baca sebagai Proses PENCERAHAN.  Pencererahan kemudian demi keselamatan inisial (awal) dan kekal.

Dari Menutub Bab kesimpulan dan saran, Penulis Bunai menyarankan agar karya pelayanan pemerintah maupun pastoral dapat memperhatikan soal nilai tradional karena hingga kini nilai- nilai tradisional ini masih dihayati di suku Mee di Papua.

Tulisan ini kutipan-kutipan dari Buku jalan menuju keselamatan. Yeri Mdai.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here