BUNYI PUISI, KAU AKU DAN DIA IKATAN APOGO KU
HATI CEPAT LAMBAT DI KATA, TANJAPAN CEPAT LAMBAT MENGOLAH
Saat Melamar Puisi Di Pantai Holtekam |
Hari menangis
Ketika pagi tiba salaju mendingin tubuh ku ini
Angin laut pantai HOLTEKAM
Ratusan mahasiswa Apogo meriah acara perkenalan
Aku melihat disana sang seorang memikul janji-Nya
Apaka malu ? apakah takut ?
Mungkinkah iya atau dia ditelan putus asa
Disetiap sudut malam telah dicari-Nya
Ku tidak menemukan apa-apa?
Apa lagi dia yang menemui iya
Ternyata panitia yang menemani-Nya
Terlalu jauh ketika ku memiliki-Nya
Lumayan menarik jika kau mendapati dia yang menemani
iya
Mengapa tiada juga
jawaban
Disini
Aku, disana iya dan dia?
Jika kita ketemu
Ketemu di puncak kediaman kau aku dan dia
Ia pun terdiam
lelah dan menyerah
Dalam
lamunan, kekeosongan fikiran
Mendekati dan mendapatkan hawa menarik bagi-Nya
Agar, iya sehat dalam dunia kecewa
Kecewa pengaruh dari keseriusan kita
Iaya pergi kecewa, sementara aku berada disini
Bukan aku
Tetapi diantara kau aku dan dia ataupun dia dan iya
Ketika ku melihat sejauh mungkin sesaat itu
Angin
sunyi hembusan sepi diantara menyepi sendiri
Awan tersedu dalam
keadaan aman
Yerino dan teman-teman Panitia membasahi air dan pasir tapi hujan yang tertahan
Ketika kau pulang secepat
Dirumah yang jauh di pelabuan mandala
Jangan pernah
mengingat seperti yang dulu
Perjumpaan Stasiun kereta di bukit tinggi diatas TRUK
Ketika kau merindukan derita ini
Ibumu rembulan malam itu pun tiba
Menemukan seekor burung yang menginap di kediamn-Ku
Malaikat cinta
turun berkereta
Hijau-hijau
dedaunan pohon cemara
Hutan turun menertawa
Aku di dampingi ketakutan
Dikepali Mas sopir
Menuju kota Jayapura
Ku rasakan tapi tak rasakan-Nya
Tentu kau tak serius
Serius hanya menikmati pasir putih pantai
HOLTEKAM
Iya pulan dirumahn-Nya
Iya sedang sedih diantara kekecewaan
Membumi yang salah memandang
Pura-pura mendamaikan dunia dewa iya alami saat itu
Kau dan aku menyapa di bukit kerinduan
Mendasari di lubuk hati yang terdalam
Menyapa-Nya, mengapa
kau membiarkan kepedihan hati-Mu mengejek-Mu
Sia-sia doa-Mu
Kaupanggil dengan
serumu tiada memberi jawaban,
Disini aku”
Mengapa
tak kau memanggil
lagi nama-Nya??
Dan menyesalkah hati-Mu, Merindukan akan diri-Nya,
Bagai saat hari kesepian seperti bulan muncul
ketika matahari berlarut malam.
By, Yerino G. Madai
Pantai
Holtekam 15/09/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar