THEYS HIYO HELUAY KORBAN, BUMI DAN LANGIT PAPUA BARAT, MENYATUH MENANGIS - Langkah-Ku Tanpa Alas Kaki

Langkah-Ku Tanpa  Alas Kaki

Langkah-Ku Tanpa Alas Kaki

test banner

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Rabu, 29 Februari 2012

THEYS HIYO HELUAY KORBAN, BUMI DAN LANGIT PAPUA BARAT, MENYATUH MENANGIS

    Oleh: Yerino Germanus Madai

      THEYS HIYO Eluay Korban Bumi dan Langit Papua menyatuh menagis, gulungan mendung diatas bukit itu, menebalkan Lukanya. Awan mengepis, duka terpapang terang disetiap wajah. Melangkah awan meninggalkan tribun hawa dingin di bukit ini. Ah... sungguh luar biasa. Kematian tak pernah sanggup di bendung siapa pun. Tidak juga Bumi Nepa (Negeri Papua) yang menyulap Theys seketika terbengkak luka yang telah menggoreskan di wajah, dan titik pusatnya di testa oleh Alat Negata ujung tombank Senjata. Bumi lahan bola mataku  bersalju risau saat ia tergelincir di tikungan ke kanan itu, tubuhnya terseret ke kanan, tertindih motornya  TNI Porli Indonesia tanpa daya, Rudi dan Dedi sedang melaju kilat, mereka dua adalah TNI dan Porli.
     “Ya  Tuhannnnn......!!! semua orang Menangis  memetik menyaksikan tubunya terbakar  tanpa gerak. Helemnya lepas mengelilingi keluar motor TNI/POLRI INDONESIA. Kaka-ku datang membawa Kopi Moanemani. Ku letakkan Kopi yang di julurkannya diatas rumput yang sedang layu. “Secangkir Kopi ini akan ku persembahkan untuk Tuhan, demi kedamaian Theys, ucap-ku penuh keyakinan.

       Kaka-ku tertawa, “ semua orang disini berduka atas kematian Theys Hiyo Eluay, tapi jangan Menipu begitulah,” sambil mendengar kalimatnya yang mengalirkan bagaikan Kali Yawei yang sedang mengalir, bahkan kalimat mengalir bagikan Sungai Mambramo, dalam hati  kulantunkan doa dan fatihah untuk Theys Hiyo Eluay.
       “Kematian Theys Hiyo Eluay membenarkan ungkapan bahwa  semua orang akan diamati diantara sesuatu yang dicintainya. Masih mending mati karena demi Bangsa Malanesia Papua, dari pada mati di penjara kareana korupsi dan Pelanggaran HAM di tiap hari.
       Aku mendengar, “please jangan pakai kata masih,  karena itu mengesahkan pilihan cinta Theys Hiyo Eluay  pada foto Pidato Perjuangan Papua Barat seolah pilihan yang orang baik dipandang TNI dan Polri, sehingga, kau telah dibunuh tanpa alasan yang jelas. Theys, Nyawa-Mu tiada gunanya dihadapan TNI dan Porli Indonesia Tetapi, Aku tahu bahwa kaulah barharga dihadapan Tuhan yang Maha Pencipta, sebab kaulah yang lebih dahulu korban demi bangsa Melanesia (Papua)dan demi Negeri-Mu Papua  (NEPA).
      Semua pilihan cinta tidak patut diletakan dengan penilaian hitam putih, lantaran kalau ukuran itu yang dipakai, maka selalu saja ukuran kita yang akan dipaksakan kepada orang lain.  Cinta Yerino pada moto Anak manusia akan dinilai pilihan gila dan buruk oleh orang-orang yang tidak pernah menemu-kan semistery dalam kecepatan tinggi itu,  gerakan TNI dan Porli Indonesia. Begitu pun Cintaku, Cintamu, dan Cinta semua orang. Sungguh pilihan cinta bukan soal benar dan salah, tetapi soal hati.
     THEYS HIYO ELUAY memilih cinta yang soal hati sehingga korban tewas atas Negeri Leluhur manusia malanesia Papua, dan  theys memilih moto batiniah terhadap bangsa jajahan ini sehingga korban diatas Tanahnya sendiri, mungkin ada disamping Theys ada juga pemakan manusia.  Melihat kedepan minuman kopinya, Rombongan sudah siap berangkat ke bukit bintang pegunungan tengah. Mungkinkah Paniai, Mulia, Sinak dan beberapa tempat, lain dipegunungan tengah,  Ada apa disana?? Sehingga Tugasnya Memotong Kalimat-Ku.
     Aku membuat Segelas Kopi untuk menahan Mataku, kuharap kopi ini membuktikan betapa aku sangat mencintai  Theys Hiyo Eluay  yang telah dibunuh  oleh Pertahanan dan Keamanan Bagi bangsa Indonesia ini, Tetapi Theys Kau bunuh oleh Pemakan Manusia yang ada Bangsa Indonesia ini, dan aku ingin Tuhan menerima Theys di sisi-Nya.
      Panggilan benar-benar terdengar kemudian hari, sampai naik kedalam Bus, secangkir kopi ini masih kugenggam erat. “ Buang sajalah secangkir kopi ini bila kau tidak minum”. Jangan di urus tugas dan pekerjaan orang lain, mungkin ia tidak mau dengan sikap-ku yang terus menerus memegam erat ini.  Aku menggeleng, “kopi ini untuk Tuhan dan aku ingin Tuhan menerima Arwah Theys Hiyo ini di sisi Allah Bapa yang maha Rahim diatas. “ Mulai malam Kudiamkan saja kalimat terahirnya”, Sebagian penumpang tergesa-gesa disamping jalan sana, sebagian orang ada jalan di jalan tol, menuju kemana mereka? Sungguh jauh dibanding dengan keadaannya, dan  sungguh jauh dibanding dengan Negeri-ku yang Penuh Penjarah Biadab.
       Langit sudah sempurnya gelap kalah bus berhenti di halaman sebuah Gedung TNI PORLI disana, Pak Biadab, sang pemandu mempersiapkan penumpang yang biadab untuk Membunuh Theys Hio Elway yang berada di BUMI Papua itu. Aku pun turun melangkah lemah sampai-sampai tak sampai, lalu meletakkan kopi-kopi yang telah dingin ini diatas tembok pendek disebelah tempat yang ku biasa mengobrol sambil melamung itu.
      Aku pergi masuk di kamar-ku untuk melamung, dan berbaring di kamar-ku yang sempit itu, dan aku tak lupah juga membawa kopi yang dingin itu, lalu ku keluar dan melanjutkan melamung diluar sana.
     Usai melamung, ku ambil  kopi ini, ku genggam erat, lalau kupenjamkan mata dan berbisik. “ Ya Tuhan-ku,  Entah Ini Salah, atau Tidak, Kini Aku Meratap di Kakimu, Kenapa Kau Mencabut Dengan Kasar Iya Secepat Ini, dari Tekanan yang Besarnya Sama Dengan Tekanan Udara Pada Permukaan Laut,  atau  Kata lain Atmosfer Laut?. Bukankah Engkau Tahu Bahwa Theys adalah Mencari Keadilan,  Kebenaran, dan Kedamaian Demi Negeri Ini (Papua) ?,
      Bukankah Engkau pun tahu benar, dengan Hilangnya Theys Hiyo Eluay, maka sepak terjang kehilangn dengan pejuang pergerakan hak rakyat Papua Barat? Yaitu bahawa akan menunjukannya Nasionalisme di Negeri Papua yang sedang dalam Penjajahan ini dan juga sedang dalam Penjara ini.
   Sebagai seorang Nasionalisme Papua ditandai Dengan Hitam Kulit, Rambut Keriting sehingga aku dapat belajar dari kecil untuk selalu menerima prinsip yang ada dan nadanya Nasionalisme, dibalik setiap musibah yang terjadi di Negeri Papua. Bahkan segala sesuatu yang terjadi, bahkan sehelai daun yang Gugur tanpa bersalah. Ini semuanya takpernah lepas dari kehendak-Mu. Aku yakin semua itu tapi, kini sangat sulit hati-Ku memahami Nasionalisme Dibalik Penderitaan. Macam apakah yang tengah berdiri hama besar di Tanah Papua?
      Tuhan aku juga untuk diajak menerima setiap keputusan-Mu. Sebagai yang terbaik siapa pun, termasuk Theys Hiyo Eluay, tetapi saat ini aku tak kunjung mampu memahami jenis kebaikan macam apakah gerangan dibalik kematian dirinya itu? Aku bimbang atas kematian Theys yang mencari keadilan sebagai dini jadi pelaku musuh hingga senjata Bumeran sebagai Falsafah Hidup Negara jahat ( indonesia) dan sehingga, bunuh bagaikan Piaraan Babi dari TNI NKRI Indonesia.
        Doa-doa terusik oleh panggilan yang sangat kukenal dari luar tempat Ibadah. Itu suara siapa? Itu suara Theys, “Ayo, yah, bus Prajurit TNI Porli berangkat dan turung di tempatnaya Theys Hiyo Eluay, tepatnya di tanjakan bukit Skyland. Kubukakan Mata-Ku setelah tewasnya Theys Hiyo Eluay, Kubertanya Apakah Theys Tewas Di Jayapura??,” ternyata Theys telah Dimakan Oleh TNI/Polri Indonesia dari jayapura (tanjakan bukit Skyland) . “ Aku Berbisik Lahan-Lahan di Hati-Ku”. Tuhan maafkan aku Kata-kataku tadi, Aku sadar bahawa memang aku salah, tapi, padaku yang patut kujadikan alasan untuk kurang ajar padaku. Aku hanya satu dari puluhan ribu orang, bahkan, Juataan Ribu orang Papua Barat yang terluka atas Kematian Theys Hiyo Eluay, yang telah mencari Keadilan, Kebenaran, Kedamaian Bagi rakyat Bangsa Papua Barat sebagai  korban dan dibunuh oeleh Instansi Biadab.
     Ya Tuhan, Sejak Bumi dan Langit Papua menagis tadi, atau pun sejak dulu Papua Integrasikan kedalam Negara Biadab (Negara Indonesia) ini Kubawa Pelanggaran HAM ini, sekarang Ku-akan tinggalkan Pelanggaran HAM ini Dirumah-Mu TUHAN, semoga kau memberikan seorang yang segera membangkitkan Nasionalisme Papua Barat untuk sebagai mendamaikan dan Membangkitkan Negeri ini baikan  Jamur, baik itu sisi Alam, Sosial dan Budaya, maka, dengan ini,  Aku  bangkit Amiiinnnn.
     Aku segera keluar. Sambil mengenakan budaya sandal, kulihat pelanggaran HAM yang tersisikan itu,  diambil oleh Dua orang yang mengenakan pakeyan Seorang Seragam warna loreng. Mungkiankah TNI?, dan seorang warnaya Cokelate, Mungkinkah Polri? Mereka dua Menoleh ke arah-Ku, dan saat-ku gerakan kepala untuk mengatakan sudah Berlalu. Tapi, insiden “ masih sampai dini Pelanggaran HAM Papua Barat tetap stabil, walaupun aku sudah di sisikan Yang Pencipta Alam Semesta dan isinya”. Aku melihat mereka dua sambil tersenyum dari Mimbar HAM, ternyata menikmati Pelanggaran HAM”, Aku berfikit pasti Cepat Mencapai  puncak terjadi pengabisan Nafas,  Manusia Malanesia,  yang berada Indonesia Timur (Papua).
       Mereka Dua Memberikan Senyuman Palsu kepada-Ku, Aku hanya bisa berterima kasih dan tersenyum-Mu aku kembalikan kepada-mu, dengan melihatnya kehidupan tidak seimbang denganan  searah kesesuaian Kau dan Aku. Kau posisikan Sebagai Hama dan Aku posisikan sebagai Tumbuhan di kebun Tanaman.
     Cerita Tanah Subur Alam-Ku Papua, dan Theys Hiyo Eluay Korban atas Hak Rakyat Papua Barat. Korban Segala hal tak kesudahan, Menangis tak ada Batas, Kepunahan mendekati melalui berbagai macam, Suku malanesia yang berada di indonesia timur, (papua), hilang kabur satu persatu, Tahun demi Tahun, Bulan demi Bulan, Minggu demi Minggu, hari demi hari, tetap berjalan seperti sebuah budaya piaraan, masakan Nasi terlalu lembeh kalau dimakan, hari telah lewat walau Lihat Detik, seperti Aku lihat Hujan deras saat ini.
    Aku Mencoba Menulis, Sepangkal Kata Muncul dari Logika, Menampiaskan Dikertas Putih Sambil Tersenyum, Mungkinkah Logika adalah  Melihat dan  Membaca Menyusui Berliku-Liku Jalan?

 Penulis: Mahasiswa Yogyakarta Yang Kuliah Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa”APMD” Jurusan Pemerintahan (Jurusan Piara Babi di Kampungan Papua Barat) Semester III.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here