Agama Islam pertama masuk di Irian Jaya (kini,
Papua) daerah Kepulauan Raja Ampat dan Fak-Fak, berasal dari Kepulauan Maluku
dan disebarkan melalui hubungan perdagangan yang terjadi diantara kedua daerah
tersebut, (JR. Mansoben, 1997). Dua Missionaris Kristen pertama dari Jerman: C.
W. Ottow danG. J. Geissler, justeru diantar oleh Muballiqh Islam dari Kerajaan
Tidore pada tanggal 5 Pebruari 1855, disebuah Pulau Kecil Mansinam diperaiaran
Manokwari.
Wilayah Selatan Papua Barat seperti daerah
Kaimana, Fak-Fak, Bintuni, Kokoda (Sorong Selatan) dan Kepulauan Raja Ampat
agama Islam sudah lama dianut penduduk pribumi. Pengaruh Islam secara luas
diseluruh pelosok daerah dengan semua kelompok suku dalam semua bidang
kehidupan, baru mulai dirasakan setelah Papua menjadi bagian dari Republik
Indonesia awal tahun 1960-an’ (Benny Giay, 1997). Pemeluk Islam terbatas tanpa
usaha serius penyebaran ke penduduk Pribumi. Hanya sedikit dari Suku Dani,
pinggiran Kota Wamena selatan Kabupaten Jayawi Jaya. Muallaf Suku Dani di
Lembah Baliem dibina oleh Yapis (Yayasan Pendidikan Islam) (JR. Mansoben,
1997).
Perkenalan Islam Suku Dani, Wamena, terjadi tahun
1960-an akhir melalui guru-guru dan transmigran Jawa didaerah Sinata (kini
Megapura), Distrik Assolokobal. Hubungan lebih intensif melalui interaksi
perdagangan dengan pendatang Bugis - Makasar. Dari sinilah Suku Dani mengenal
Islam diluar Agama Misi Katholik dan Kingmi (Protestan).
Da’wah Islamiyyah di Wamena dan khususnya Walesi, dipelopori pertama kali oleh Merasugun dan Firdaus Asso diikuti oleh semua Warga Asso -Yelipele, Asso - Yaleget, Lani - Wetapo, Lani - Matuan, Yelipele - Elokpere. Mereka berhasil mengembangkan Islam di Walesi kini menjadi pusat Islam (Islamic Centre) di Lembah Balim Wamena Papua. Merasugun dan mempelopori pengembangan Islam di Walesi dan sekitarnya menjadi besar.
Pemeluk Islam pertama Suku Dani Lembah Baliem
Kota Wamena Kabupaten Jayawi Jaya tersebut nama; Nyasuok Asso, Walekmeke Asso,
Nyapalogo Kuan, Wurusugi Lani, Heletok Yelipele, Aropeimake Yaleget, dan Udin
Asso. Ke-islam-an mereka memiliki pengaruh besar hingga Kepala Suku Besar,
sekaligus Panglima Perang Suku Dani dari Walesi bernama Aipon Asso dan Tauluk
Asso, awalnya menolak Islam karena ajarannya mengharamkan babi (satu-satunya
hewan ternak di Lembah Balim), belakangan masuk Islam melalui pendekatan
persuasif seorang militer anggota TNI, Kolonel Muhammad Thohir, tahun 1978.
Islamic Centre didirikan pada tahun 1978. Letnan
Kolonel Dokte Muhammad Mulya Tarmidzi dari Angkatan Laut 10, Hamadi Jayapura,
pencetus dan pelopor utama berdirinya Islamic Centre. Dalam kesempatan undangan
ceramah di Wamena, beliau berjumpa dengan penduduk asli muslim (muallaf) dari
Walesi, tergerak hatinya dan mendirikan organisasi da’wah Islam, Islamic Centre
yang diketuai Sekda Jayawi Jaya (kala itu, Hasan Panjaitan). Islamic Centre
dibawah Hasan Panjaitan membantu proses da’wah selanjutnya. Islam di Walesi
berkembang pesat dan dikunjungi berbagai kalangan pejabat pemerintah dari Kota
Wamena dan Ibukota Propinsi Jayapura dan dari Kementerian Agama Pusat.
Walesi pada saat ini adalah pusat Islam (Islamic
Centre), bagi pengembangan Islam warga pribumi Papua. Guru-guru agama, sejak
awal didatangkan dari Fak-Fak. Di Walesi terdapat Pondok-Pesantren Al-Istiqomah
Merasugun Asso, Madrasah Ibtidaiyah, rumah guru 4 buah, masjid 12x12 dan sebuah
puskesmas. Walesi sebagai Islamic Centre telah menampung anak-anak Suku Dani
Wamena.
Perkampungan Muslim pribumi di Wamena ada 12
titik, yakni: Hitigima, Air Garam, Okilik, Apenas, Ibele, Araboda, Jagara,
Megapura, Pasema, Mapenduma, Kurulu dan Pugima. Jumlah penganut Islam kabupaten
Jayawijaya seluruhnya 12 ribu jiwa, dari 400 ribu jiwa seluruh penduduk.
(By,
Yeri Madai)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar