BELAJAR DARI PAPUA BATAR, UNTUK PAPUA BARAT DEMI PAPUA BARAT - Langkah-Ku Tanpa Alas Kaki

Langkah-Ku Tanpa  Alas Kaki

Langkah-Ku Tanpa Alas Kaki

test banner

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Selasa, 10 April 2012

BELAJAR DARI PAPUA BATAR, UNTUK PAPUA BARAT DEMI PAPUA BARAT


Oleh: Yerino Germanus Madai   

         Dibawah inilah menjadi masalah besar bagi orang Papua saat ini adalah tindakan dan kebijakan pemerintah pusat terhadap Papua yang dirasa sangat tidak-adil, bersifat menindas, disiksa sampai dibunuh, kebijakan sewenang-wenang dan tak mau mengerti dan menghargai etnisitas dan identitas harga diri orang Papua sebagai Bangsa Papua Barat.

    Ancaman disintegrasi dalam berbagai pergolakan politik dan pemberontakan fisik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang pernah berlangsung secara manifest terutama di Papua, maupun yang bersifat laten yang tentu banyak juga terjadi di berbagai provinsi lain, adalah wujud persoalan yang lahir akibat konsep sejarah kehutuhan yang telah ada di masing-masing daerah terutama Papua. Melihat dengan ini pembangunan nasionalisme yang Indonesia tidak mungkin akan merata sesuai dengan tujuannya.

      Suasana mutakhir yang bersifat disintegratif ini, dan bukan sekedar dalam konteks separatisme dalam artian sempit, semestinya harus menjadi faktor yang semakin menyadarkan para pemimpin pembuat keputusan dan kebijakan Negara, bahwa masih banyak hal yang luput dari perhatian dan pertimbangan membangun creed of nationalism, yang sungguh-sungguh mengakomodasi pluralitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tetapi disini bukan butuh pembangunan tetapi disini butuh merenung dan melihat kembali dalam perjuangan di Papua Barat itu sendiri. Jika tidak melihat dengan baiki, maka Negara indonesi bubar dan Negara ini dalam keadaan patologi selamanya.

     Khusus untuk konflik Papua yang telah sempat berlarut-larut selama lebih dari Ratusan dekade, seharusnya telah mampu menyadarkan pemerintah pusat untuk berkenan banyak belajar tentang prinsip-prinsip dan nilai-nilai Budaya yang dipegang teguh oleh rakyat Papua Barat dalam berbagai bidang kehidupan dan dalam hubungannya dengan kandungan kebijakan dan prilaku politik pemerintah Papua itu.

        Bahwa rakyat Papua belum pernah menjadi bidan bagi kelahiran dan penjaga bagi eksistensi Negara Indonesia. dalam hal  ini harus Negara Indonesia dilihat, dipahami, dan diakui sebagai fakta sejarah, agar tidak mudah terjadi Operasi-operasi di Papua. Jika Negara ini dipahami baik mengenai sejarah yang sebenarnya musti Negara ini dalam kejujuran akan mencapai cita-cita sebagai Negara berdaulat.

     Semestinya menumbuhkan empati Nasional terhadap nasib rakyat Papua yang sekian lama telah terbantai dan terhinakan. Sebagi rakyat Papua  punya keinginan untuk memisahkan diri dari NKRI karena Bangsa Papua Barat  tahu bahwa dihina, disiksa sampai dibunuh oleh Negara Patologi Indonesia.

       Dengan melihatnya keadaan seperti ini maka Negara ini harus pula dipelajari dan dipahami secara jujur, arif dan adil  tentang alasan-alasan yang mendasarinya. Agar dalam tahap-tahap pengisian damai yang kini telah diraih sejak 50-an tahun lalu, dapat lebih aspiratif dan akomodatif, sesuai dengan karakter dan jiwa kemandirian Papua yang pernah digagas dalam bentuk KPR ke-Pertama 2008 Samapi KPR ke-Tiga 2011.

    Sementara penerapan strategi dan pendekatan militer untuk menjinakkan warga bangsa Indonesia ini, kiranya perlu dipandang wajar, dan pengalaman memberi bukti bahwa penggunaan kekerasa militer di Negeri ini hanya membawa bangsa ini menjadi Miskin, Bodoh, tidak Kreatif,  dan Terhina di mata Dunia.

       Kiranya kita semua boleh yakin, bahwa persoalan konflik Papua yang Selalua ada dan akan ada ini boleh melahirkan perdamaian. Namun masih banyak substansi yang perlu diwujudkan untuk membangun perdamaian yang posiitif.

         Ini menyangkut pertimbangan-pertimbangan esensial-substansial dan metodologis dari ethnisitas keacehan, agar dapat dimengerti, dihargai, diakomodasi dan dipuaskan sedemikian rupa oleh Pemerintah Daerah. Disini pemerintah daerah yang dimaksud adalah mulai dari Gubernur Papua, MRP,DPR RI, DPRD, DPRP, DPD, Bupati sampai Kepala distrik dan Desa.

        Tanah Papua saat ini kesakitan dan siapa yang mengobatinya?  kata Anak SD  dan jawabnya “ yang mengobatinya adalah mereka diatas ini yang mengobatinya. Dengan metodologi dan prosesi semacam ini, maka nasionalisme rakyat Papua akan tumbuh dan berproses secara sehat, rela, siap berkorban dan keinginan emosional untuk kembali menuntut pemisahan diri dapat benar-benar terwujut dan Luka Lubuk hati kerinduan bangsa papua barat itu terobati.

Ditulis oleh Mahasiswa Papua yang Kuliah di Kota Gudeng Jogya, Katanya, Jika Tidak Ada Kritikan Tidak Ada Pula Perubahan di Papua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here