Semua
manusia punya sejarah, jejarah merupakan peristiwa yang telah lakukan pada masa
lampau. Pengalama-pengalaman ini menjamin dan melangkur sebagai sebuah
pelajaran yang sangat ampuh dingunakan dalam kehidupan manusia masa sekarang. Mulai
dari sejak dilahirkan seorang, itulah mulai dengan sejarah permulaannya. Yang
disebut manusia punya sejarah, punya asal usul, punya tata cara kehidupan nenek
moyannya, dan sampai dengan orang tua kandungannya hingga hari ini. Jika tidak
punya sejarah bukan merupakan sebuah manusia yang hidup.
Yang bisa dikatakan
Manusia merupakan makhluk yang brakal budi mampu menguasai makhluk lain dibumi,
karena makluk yang bisa memikirkan hal-hal yang disebut dengan sejarah
berkaitan dengan kondisi-kondisinya selama masa tumbuh manusia.
Manusia
Mee punya sejarah, yang dimaksud dengan sejarah dibagi menjadi tiga tahap/
zaman kehidupan sejarah manusia, ini terhitung mulai dari sejak mengkelaim dari
Negara-negara klonialisme liberalisme. Tulisan dibawah ini merupakan tulisan
kutipan-kutipan dari cerita orang-orang tua kita.
1. Manusia zaman penjajahan belanda manusia
mee berhubungan dengan jaman Tete dan nenek moyan kita dan alamnya.
Dalam Zaman ini penjajahan pernah hadapi
dengan berbagai penjajahan masa itu berkaitan dengan Keterlibatan PBB di Irian
Barat sebenarnya bermula sejak terjadinya peristiwa-peristiwa masa lalu. Namun
sebenarnya sudah ada sejak lama. Tetapi
karena ada scenarionya melalui pembentukan Komisi PBB untuk Indonesia sehingga
sejak itulah lahir sejarah. Komisi PBB
ini pernah hadir di Papua berdasarkan Pertumpaan darah manusia diatas tanah
leluhurnya.
Untuk
memenangkan Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA), maka pihak Pemerintah NKRI
mulai memainkan peranan Militer sehingga para wakil Bangsa Papua yang akan
duduk dalam Dewan Musyawarah PEPERA (DMP) dapat menolak Administrasi Negara
Papua Barat dipegang oleh Bangsa Papua Sendiri dan menerima Administrasi itu
dikontrol oleh Bangsa Indonesia.
Proses
persiapan yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia yaitu menciptakan Konflik
Pemberontakkan bersenjata di Papua lalu dibalas dengan Operasi Militer untuk
menumpas habis Bangsa Asli Papua serta menunjuk para peserta DMP kemudian
ditampung di suatu penampungan khusus di seluruh Komando Resort Militer (KOREM)
di Papua untuk diberi nasehat, terror, intimidasi, rayuan dan bahkan
pembunuhan. Selain itu, KOSTRAD pun ikut mengambil bagian dalam persiapan
PEPERA.
Kutipan John Anari.
Kegagalan Dekolonisasi dan Ilegal Referendum di Papua Barat.
Berdasarkan Pasal XVIII Perjanjian New York, dinyatakan secara jelas bahwa
Pemerintah Indonesia akan melaksanakan PEPERA dengan bantuan dan partisipasi
dari utusan PBB dan Stafnya untuk memberikan kepada rakyat yang ada di Papua kesempatan
menjalankan penentuan pendapat secara bebas. Kemudian melakukan konsultasi
dengan Dewan-Dewan Kabupaten yang ada di Papua untuk membicarakan metode
pelaksanaan PEPERA ini.
Selanjutnya, seluruh orang dewasa, baik
laki-laki atau perempuan memiliki hak pilih untuk berpartisipasi dalam
penentuan nasib sendiri yang akan dijalankan sesuai dengan aturan
internasional. Dimana mereka yang punya hak pilih itu adalah mereka yang
tinggal di Papua saat Perjanjian New York ditandatangani dan mereka yang berada
di Papua ketika PEPERA dilaksanakan, termasuk mereka penduduk Papua yang
meninggalkan Papua setelah 1945 dan kembali ke Papua dan menguruskan kembali
kependudukannya setelah berakhirnya pemerintahan Belanda.
Namun
ternyata Pemerintah Indonesia hanya melakukan konsultasi dengan Dewan Kabupaten
di Jayapura tentang tatacara penyelenggaraan PEPERA pada tanggal 24 Maret 1969.
Kemudian diputuskan membentuk Dewan Musyawarah PEPERA (DMP) dengan anggota yang
berjumlah 1026 anggota dari delapan kabupaten, yang terdiri dari 983 pria dan
43 wanita.
Yang
mana, para anggota DMP itu ditunjuk langsung oleh Indonesia (Tidak melalui
Pemilihan Umum di tiap-tiap Kabupaten) dan dibawah intimidasi serta ancaman
Pembunuhan oleh Pimpinan OPSUS (Badan Inteligen KOSTRAD) Mr. Ali Murtopo.
Sedihnya
lagi, para anggota DMP itu ditampung di suatu tempat khusus dan dijaga ketat
oleh Militer sehingga mereka (anggota DMP red) tidak bisa berkomunikasi atau
dipengaruhi oleh keluarga mereka. Setiap hari mereka hanya diberi makan nasehat
supaya harus memilih bergabung dengan Indonesia agar nyawa mereka bisa
selamat.
Sejarah-sejarah yang pernah terjadi di papua ini sudah Orang Mudah yang ada di 7 (TUJUH) Wilayah Adat di Pulau Papua, telah dicatat sehingga sejarah mendorong orang muda selalua menewaskan dan memberikan nyawa dara, Diatas tanahnya sendiri oleh Alat Negara NKRI.
Konferensi Meja Bundar di Belanda, yang
akhirnya menghasilkan persetujuan penyerahan kedaulatan dari Belanda ke
Federasi Indonesia yang dipimpin oleh pimpinan monopoli mayor Presiden
Soekarno.
Kata Referendum atau Plebisit berasal
dari bahasa Latin yaitu plebiscita yang berarti pemilihan langsung, dimana
pemilih diberi kesempatan untuk memilih atau menolak suatu tawaran/usulan.
Di Indonesia sering disebut Jajak
Pendapat sedangkan di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) disebut Penentuan Nasib
Sendiri (Self Determination). Namun pada saat penanda-tanganan Perjanjian New
York di Markas PBB tanggal 15 Agustus 1962 dirubah kata Self Determination
menjadi Act of Free Choice yang berarti Pemilihan Bebas. Sedangkan di Indonesia
disebut Penentu Dari pasal 18 di atas terlihat secara
nyata bahwa PBB harus terlibat dalam proses persiapan hingga pelaksanaan
Penentuan Nasib Sendiri tetapi nyatanya PBB telah meninggalkan Papua karena PBB
berada di Papua Barat hanya 6 (enam) bulan saja (1 Oktober 1962 – 1 Mei 1963).
Pendapat Rakyat atau disingkat PEPERA.
Dalam zaman ini manusia mee pernah
hadapi berbagai penjajahan dengan Negara ini terutama penjajahan yang biasa
dikatakan dengan penjajahan brutal Negara Republiik Indonesia. Dalam penjajahan
ini pernah menewaskan manusia mee beberapa orang dalam Tujuh (7) Wilayah
mulai dari kepalah burung sampai dengan
kapal batas Negara tetangga Papua New Guinea (PNG) .
2. Penjajahan Mulai dari Orang-orang
tua hingga detik ini.
Dalam
ini manusia mee berhubungan dengan Orang tua-orang tua sekarang. Dalam zaman
ini manusia mee pernah hadapi berbagai penjajahan dengan Negara ini terutama
penjajahan yang biasa dikatakan dan mulai dari penjajahan pada tahun 1969.
Penjajahan ini pernah menewaskan manusia mee beberapa orang terutama GARIS ADII
di puncak Iyadimi tempatnya kapal batas Kabupaten Dogiyai dan Kabupaten Deiyai.
Dan WUDIPODE ADII menewaskan di Teneii Pidime, distrik Tigi Timur tepatnya di
Desa Egepakigida Kabupaten Deiyai. Garis Adii dan Wudipode Adii tewas pada Tahun
1969.
Tulisan
ini, yang umumnya didasarkan atas dokumen-dokumen PBB yang sebelumnya
dirahasiakan, berusaha mengevaluasi kembali peristiwa-peristiwa sekitar
pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA).
Di
New Guinea Barat (Irian Barat, atau dikenal dengan Papua sekarang ini) yang
berlangsung pada bulan Juli dan Agustus 1969. Secara lebih khusus, saya
bermaksud untuk menjelaskan peranan PBB di dalam kegiatan politik itu, dan
membahas apakah PBB telah memenuhi tanggung jawabnya terhadap rakyat Papua.
3.
Manusia zaman setelah kemardekaan ini
hal berhubungan dengan manusia mee masa sekarang yang brarti saat ini.
Manusia
hidup berdampingan dengan sejarah, Berangkat dari pengalama-pengalam sejarah
itu membuat kita tetap mengingat sejarah. Ketika saya berada di SMP YPPK
Waghete kelas 2 pada Tahun 2006 teman saya tewas kena peluru senjata, tembakan
jitu dari TNI. Terjadi ini depan saya ketika pulang sekolah Atas Nama Moses
Douw. Moses Douw sedang pulang sekolah dan iya lengkap menggunakan dengan
serangam SMP-nya.
Memang
benar janji dan tujuan dari Indonesia digenapi, darah, daging dan nadi-nadi
bangsa Papua Barat telah usai, dimakan urat waktu oleh Alat Negara NKRI.
Dan telah kelabui Anak-anak sekolah dan
anak-anak terlantar dijamin oleh Negara. Meraampas darah daging seorang memang
Indonesia ini telah melengkapi janji-janjinya, Namun jangan menyerah Jalan
menuju Roma Banyak Jalan.
Sejarah
Papua Masih jalan, Penumpaan Darah di Enarotali ibu kota kabupaten Paniai pernah
tewas 4 Orang pada 08 Desember 2014. Mereka Empat kubur di Lapangan Upacara
Enarotali Ibu Kota Paniai. Dalam tahun Penjajahan ini kita harus pahami benar-benar
bahwa manusia mee harus pulang dihadapannya. Kondisi yang tidak bisa, bisa bagi
yang punya sejarah dan yang punya darah. Darah manusia selalu pergi
dihadapannya.
Masih
berjalan juga bahwa Memeras darah dan daging Orang papua selalu dan sedang
bertumpaan darah terguling di bumi Papua Barat. Bomou berdarah di Kota Wagete
ibu kota kabupaten Deiyai pada Tahun 2017. Bomou berdarah ini pernah terjadi,
Empat orang luka berat, dan seorang tewas tidak nyawa lagi. Dimakan oleh Alat
Negara Pemerintah Indonesia.
Cerita
masih lanjut, pemerintah indoneia dimakan seorang pegawai Negeri Sipil, iya
pegawai di kantor Perhubungan faam Pekei, ketika iya menjalankan tugasnya, menjaga
dan mengawasi berkendarahan di pasar Waghete, ibu kota kabupaten Deiyai, pada
2018.
Sekian
banyak cerita ini, Mari kita menunggu Tujuan kemerdekaan dari Tuhan, nantinya bagimana
kita akan bebas dari Keterpurukan ini. Saya mengungkapkan dengan serius dan
perasaan yang sangat menyusuk hati yang
dalam. Manusia pasti kita pergi dihadapan Tuhan namun mengapa manusia
bisa menewaskan oleh Alat Negara NKRI?, sebelum Tuhan memanggilnya, mengapa
mereka jemputnya pergi?. Papua pasti
Merdeka namun saatnya yang belum menentukannya. Pertumpaan darah manusia Papua
Barat, pasti Tuhan tahu.
Mari
kita pergi berorasi selama kita ada, dan untuk mengenang demi Tanah leluhur
kita Papua Barat. Yerino Madai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar